Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Sekitar 80% persen penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis.
Penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015.
Beberapa fakta seputar penyakit osteoporosis yang dapat meningkatkan kesadaran akan ancaman osteoporosis berdasar Studi di Indonesia.Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%. Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050. (Yayasan Osteoporosis Internasional) Mereka yang terserang rata-rata berusia di atas 50 tahun. (Yayasan Osteoporosis Internasional) Satu dari tiga perempuan dan satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang. (Yayasan Osteoporosis Internasional) Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. (depkes, 2006).
Berdasar data Depkes, jumlah penderita osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dan merupakan Negara dengan penderita osteoporosis terbesar ke 2 setelah Negara Cina.
Peran perawat adalah memberikan pengetahuan mengenai osteoporosis, program pencegahan, pengobatan, cara mengurangi nyei dan mencegah terjadinya faktur.
1. PENGERTIAN
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang ( Tandra, 2009)
Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan risiko terjadinya patah tulang (Suryati, 2006).
Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang yang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang (Junaidi, 2007).
Tulang adalah jaringan yang hidup dan terus bertumbuh. Tulang mempunyai struktur, pertumbuhan dan fungsi yang unik. Bukan hanya memberi kekuatan dan membuat kerangka tubuh menjadi stabil, tulang juga terus mengalami perubahan karena berbagai stres mekanik dan terus mengalami pembongkaran, perbaikan dan pergantian sel.
Untuk mempertahankan kekuatannya, tulang terus menerus mengalami proses penghancuran dan pembentukan kembali. Tulang yang sudah tua akan dirusak dan digantikan oleh tulang yang baru dan kuat. Proses ini merupakan peremajaan tulang yang akan mengalami kemunduran ketika usia semakin tuaPembentukan tulang paling cepat terjadi pada usia akil balig atau pubertas, ketika tulang menjadi makin besar, makin panjang, makin tebal, dan makin padat yang akan mencapai puncaknya pada usia sekitar 25-30 tahun. Berkurangnya massa tulang mulai terjadi setelah usia 30 tahun, yang akan makin bertambah setelah diatas 40 tahun, dan akan berlangsung terus dengan bertambahnya usia, sepanjang hidupnya. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya penurunan massa tulang yang berakibat pada osteoporosis ( Tandra, 2009).
2. KLASIFIKASI
Klasifikasi osteoporosis dibagi kedalam dua kelompok yaitu osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder. osteoporosis primer terdapat pada wanita postmenopause(postmenopause osteoporosis) dan pada laki-laki lanjut usia (senile osteoporosis). Penyebab osteoporosis belum diketahui dengan pasti. Sedangkan osteoporosis sekunder disebabkan oeh penyakit yang berhubung dengan chusing’s diseases, hipertiriodisme,hiperparatiroidisme, hipogonadisme, kelainan hepar, gagal ginjal kronis, kurang gerak , kebiasaan minum alkoho, pemakaian obat-obatan /kortikosteroid, kelebihan kafein, dan merokok.
Djuwantoro D (1996), membagi osteoporois menjadi osteoporosis postmonopouse(tipe 1), osteoporosis involutional (tipe 2), osteoporosis idipopatik, osteoporosis juvenil, dan osteoporosis sekunder.
1.Osteoporosis post menopouse (tipe 1)
Merupakan bentuk yang paling sering ditemukan pada wanita kulit putih dan asia. Bentuk osteoporosis ini disebabkan percepatan resopsi tulang yang berlebihan dan lama setelah penurunan sekresi hormon estrogen pada masa monopouse.
2.Osteoporosis involutional (tipe 2)
Terjadi pada usia 75 tahun pada permpuan maupun laki-laki. Tipe ini diakibatkan oleh ketidakseimbangan yang samar dan lama antara kecepatan resorpsi tulang dengan kecepatan pembentukan tulang.
3. Osteoporosis idipopatik
Adalah tipe osteoporosis primer yang jarang terjadi pada wanita premonopouse dan pada laki-laki yang berusia dibawah 75 tahun . tipe ini tidak berkaitan dengan penyebab sekunder atau faktor risiko yang mempermudah timbulnya penurunan densitas tulang.
4. Osteoporosis juvenil
Merupakan bentuk yang jarangterjadi dan bentuk osteoporosi s yang erjadi pada anak-anak prepubertas.
5. Osteoporosis sekunder
Penurunan densitas tulang yang cukup berat untuk menyebabkan fraktur atrauatik akibat faktor ekstrinsik eperti kelebihan kortikosteroid, artritis reumatoid, kelainan hati/ginjal kronis, sindrom malabsorbsi, mastositosis sistemik, hiperparatiroidisme, hipertiroidisme, varian status hipogonade dan lain- lain.
3. ETIOLOGI
Ada 2 penyebab utama osteoporosis yaitu :
- Pembentukan massa puncak tulang yang kurang baik selama masa pertumbuhan dan meningkatnya pengurangan massa tulang setelah menopause. Massa tulang meningkat secara konstan dan mencapai puncak sampai usia 40 tahun, pada wanita lebih muda sekitar 30-35 tahun. Walaupun demikian tulang yang hidup tidak pernah beristirahat dan akan selalu mengadakan remodelling dan memperbaharui cadangan mineralnya sepanjang garis beban mekanik. Faktor pengatur formasi dan resorpsi tulang dilaksanakan melalui 2 proses yang selalu berada dalam keadaan seimbang dan disebut coupling. Proses coupling ini memungkinkan aktivitas formasi tulang sebanding dengan aktivitas resorpsi tulang. Proses ini berlangsung 12 minggu pada orang muda dan 16-20 minggu pada usia menengah atau lanjut. Remodelling rate adalah 2-10% massa skelet per tahun. Proses remodelling ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lokal yang menyebabkan terjadinya satu rangkaian kejadian pada konsep Activation – Resorption – Formation (ARF). Proses ini dipengaruhi oleh protein mitogenik yang berasal dari tulang yang merangsang preosteoblas supaya membelah membelah menjadi osteoblas akibat adanya aktivitas resorpsi oleh osteoklas. Faktor lain yang mempengaruhi proses remodelling adalah faktor hormonal. Proses remodelling akan ditingkatkan oleh hormon paratiroid, hormon pertumbuhan dan 1,25 (OH)2 vitamin D. Sedang yang menghambat proses remodelling adalah kalsitonin, estrogen dan glukokortikoid. Proses-proses yang mengganggu remodelling tulang inilah yang menyebabkan osteoporosis.
- Gangguan pengaturan metabolisme kalsium dan fosfatGangguan metabolisme kalsium dan fosfat dapat dapat terjadi karena kurangnya asupan kalsium, sedangkan menurut RDA konsumsi kalsium untuk remaja dewasa muda 1200mg, dewasa 800mg, wanita pasca menopause 1000 – 1500mgmg, sedangkan pada lansia tidak terbatas walaupun secara normal pada lansia dibutuhkan 300-500mg. oleh karena pada lansia asupan kalsium kurang dan ekskresi kalsium yang lebih cepat dari ginjal ke urin, menyebabkan lemahnya penyerapan kalsium. Selain itu, ada pula factor risiko yang dapat mencetuskan timbulnya factor penyakit osteoporosis yaitu:
1. Factor genetika
Karena osteoporosis begitu umum, banyak orang pernah melihat dampaknya dan khawatir menderita penyakit tersebut. Osteoporosis merupakan bagian dari proses penuan, namun tidak semua orang terserang. Peran factor genetic pada osteoporosis tidak diragukan lagi. Besarnya massa tulang tertinggi sangat ditentukan oleh gen , namun semakin lanjut usia peranan factor lain semakin besar dan mungkin menentukan timbulnya osteoporosis.
2.Menopause dini
Menopause adalah saat seorang wanita berhenti haid, biasanya terjadi pada sekitar usia 50 tahun, namun diatas 45 tahun dapat dianggap normal. Menopause yang terjadi sebelum usia ini, baik scara alami ataupun akibat pengangkatan indung telur, radiasi atau pengobatan kanker dianggap terlalu dini. Wanita yang mengalami menopause dini, atau yang mengalami defisiensi estrogen akibat sebab lain, seperti penyakit jantung , memiliki risiko lebih tinggi terserang osteoporosis.
3.Amenore
Amenore(tidak mendapatkan haid) sebelum menopause biasa terjadi karena beberapa hal. Hal ini umum terjadi pada wanita dengan anoreksia nervosa dan wanita kurus melakukan olaraga berat misalnya atlet professional , pesenam, dan penari balet. Amenore juga terjadi pada wanita dengan penyakit kronis, seperti beberapa penyakit hati atau radang usus.ada pula gangguan yang disebabkan oleh penyakit system reproduksi yang mengakibatkan tidak terbentuknya hormone seks pada masa pubertas, sehingga haid terlambat atau tidak dimulai sama sekali. Amenore dikaitkan dengan rendahya produksi hormon seks estrogen.
4.Kanker
Ada beberapa jenis kanker yang dihubungkan dengan cepatnya kerusakan tulang yang mengakibatkan osteoporosis. Yang paling umum adalah myeloma, yaitu kanker sumsum tulang.
5.Factor gaya hidup
Banyak aspek kehidupan sehari-hari yang memperngaruhi tulang kita termasuk pola makan, aktivitas fisik, konsumsi alcohol, dan merokok. Walaupun pengaruhnya terhadap massa tulang relative lebih kecil dibandingkan dengan factor- factor yang telah disebut sebelumnya, factor- factor ini penting karena biasa kita ubah untuk mengurangi risiko osteoporosis.
6.Pola makan
Banyak factor dalam pola makan yang mempengaruhi tulang. Kecilnya asupan kalsium semasa kecil dan remaja bissa menyebabkan rendahnya massa tulang tertinggi dan kurangnya kalsium dalam makanan menambah penurunan massa tulang. Kekurangan vitamin D yang sering terkait dengan kekurangan kalsium membuat tulang lunak (osteomalasia) dan meningkatkan penurunan massa tulang dan risiko patah tulang. Asupan protein , kafein dan garam yang tinggi memperbesar risiko osteoporosis.
7.Kurang gerak
Kurang aktif secara fisik di masa kanak-kanak dan remaja bias mengurangi massa tulang tertinggi, sedangkan kurang gerak secara umum akan mempercepat turunnya massa tulang . pada lansia kurang gerak sering menyebabkan lemahnya otot dan tingginya risiko terjatuh dan patahtulang .
8. PATOFISIOLOGI
Tulang adalah struktur hidup, tersusun oleh protein dan mineral yang terus mengalami penghancuran dan pembentukan kembali. Osteoporosis biasa terjadi akibat proses penuan normal , ketika laju penghancuran meningkat sedangkan pembentukan kembali menurun, sehingga tulang menjadi keropos dan rapuh.Tulang normal terdiri dari lapisan tulang padat yang mengililingi lempengan dan serabut tulang (tulang berongga) yang diselingi sumsum tulang. Penyusun utama tulang sesungguhnya adalah protein yang disebut kolagen serta mineral tulang yang mengandung kalsium. Tulang adalah jaringan hidup yang harus terus diperbaharui untuk menjaga kekuatannya. Tulang yang tua selalu dirusak dan digantikan oleh tulang yang baru dan kuat. Bila proses ini yang terjadi di permukaaan tulang dan disebut peremajaan tulang tidak terjadi, rangka kita akan rusak karena keletihan ketika kita masih muda. Ada dua jenis sel utama dalam tulang yakni osteoklast yang merusak tulang, dan osteoblast yang membentuk tulang baru. Kedua sel dibentuk dalam sumsum tulang.
Saat kita bertambah tua oasteoklast lebih aktif dan osteoblast kurang aktif, sehingga tulang lebih banyak dirusak dan lebih sedikit dibentuk dan terjadi pengurangan massa tulang menyeluruh.
9. MANIFESTASI KLINIK
Pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala, bahkan sampai puluhan tahun tanpa keluhan. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau hancur, akan timbul nyeri dan perubahan bentuk tulang.
Jadi, seseorang dengan osteoporosis biasanya akan memberikan keluhan atau gejala sebagai berikut:
1)Tinggi badan berkurang.
2) Bungkuk atau bentuk tubuh berubah.
3)Patah tulang.
4) Nyeri bila ada patah tulang (Tandra, 2009).
10. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.)Bone Mineral Density (BMD)
Suatu pemeriksaan yang mengukur densitas/kepadatan mineral dalam tulang dengan sinar X khusus, CT scan atau ultrasonografi.
Informasi ini menunjukkan kepadatan tulang saat pemeriksaan dilakukan. BMD tidak dapat memprediksi densitas tulang pada waktu yang akan datang.
Lab Kedungdoro (Jl. Kedungsari 84A) mengerjakan USG Tulang, bila hasil T-score di bawah minus 2.5 berarti osteoporosis. Hasil antara minus 1 dan minus 2.5 berarti osteopenia ( awal dari osteoporosis).
2.)Pemeriksaan Laboratorium : Penanda Biokimia Tulang
Pemeriksaan ini menggunakan sampel darah, mewakili proses reformasi tulang, sehingga memberikan informasi mengenai ketidakseimbangan potensial antara pembentukan dan resorbsi tulang.
Risiko tulang patah/retak sebagai dampak osteoporosis ternyata tidak selalu berhubungan dengan penurunan nilai BMD, sehingga dibutuhkan kombinasi dengan pemeriksaan penanda tulang yang lebih baik. Pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan metabolisme kalsium yang meliputi kalsium total, fosfat, kalsium urine, fosfat urine. Penanda biokimia tulang seperti fosfatase alkali serum. Vitamin D3 (25-OH) Total tersedia di Lab Kedungdoro untuk mengetahui kesehatan tulang.
Bila hasil kurang dari 30 ng/mL (75 nmol/L), berarti tulang tidak sehat sehingga mudah osteopenia maupun osteoporosis.
3.)Tes Laboratorium Rutin Osteopenia/ Osteoporosis:
Bone Densitometry atau USG Tulang (Lab Kedungdoro, Jln Kedungsari 84A). Bila hasil T-Score antara minus 1 dan minus 2,5 berarti osteopenia (awal dari osteoporosis).
Kadar Kalsium (Ca) dalam darah menurun , kadar Fosfat (P/PO4) dalam darah meningkat disertai iPTH (Hormon Paratiroid) meningkat dan kadar Vitamin D3(25-OH) Total yang menurun. Hal ini sering dijumpai pada penderita gagal ginjal ( eGFR < 15 mL/min ) dengan cuci darah /hemodialisis jangka panjang. Berlaku juga untuk eGFR kurang dr 30 mL/min tanpa hemodialisis dimana osteopenia sudah terjadi.Keadaaan ini disebut Hiperparatiroidisme sekunder, karena Diabetes Melitus/ Hipertensi.
Vitamin D3(25-OH) Total: Mengetahui kesehatan tulang untuk resiko osteopenia maupun osteoporosis . Kekurangan Vitamin D dapat mengakibatkan penyerapan kalsium menurun.