Salam Semangat Perawat Indonesia

Memberi Pelayanan Prima untuk Indonesia Sehat

Sunday, June 5, 2016

Penyakit Stroke

Stroke adalah gangguan peredaran darah cerebral yang disebabkan oleh berbagai faktor dan berakibat adanya gangguan neurologis.
Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.
WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu.

1.ETIOLOGI

   Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu: stroke iskemik maupun stroke hemorragik.
Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% . Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
    a.Stroke Trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan.
    b. Stroke Embolik: Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
     c.Hipoperfusion Sistemik: Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu:

  1.   Hemoragik Intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak.
  2.   Hemoragik Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid
(ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi
otak).
Faktor Resiko Stroke :
        a. Faktor resiko medis, antara lain Hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi), Kolesterol,                          Aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), Gangguan jantung, diabetes, Riwayat stroke dalam keluarga, Migrain.
          b. Faktor resiko perilaku, antara lain Merokok (aktif & pasif), Makanan tidak sehat (junk food,               fast food), Alkohol, Kurang olahraga, Mendengkur, Kontrasepsi oral, Narkoba, Obesitas.
          c.80% pemicu stroke adalah hipertensi dan arteriosklerosis, Menurut statistik. 93% pengidap                   penyakit trombosis ada hubungannya dengan penyakit tekanan darah tinggi.
          d. Pemicu stroke pada dasarnya adalah, suasana hati yang tidak nyaman (marah-marah), terlalu                banyak minum alkohol, merokok dan senang mengkonsumsi makanan yang berlemak.

2. PATOFISIOLOGI

       Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola mengalami perubahan patologik pada dinding pembuluh darah tersebut berupa hipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Arteriol-arteriol dari cabang-cabang lentikulostriata, cabang tembus arteriotalamus dan cabang-cabang paramedian arteria vertebro-basilar mengalami perubahan-perubahan degeneratif yang sama. Kenaikan darah  dalam jumlah yang secara mencolok dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah terutama pada pagi hari dan sore hari.Jika pembuluh darah tersebut pecah, maka perdarahan dapat berlanjut sampai dengan 6 jam dan jika volumenya besar merusak struktur anatomi otak dan menimbulkan gejala klinik Jika perdarahan yang timbul kecil ukurannya, maka massa darah hanya dapat merusak dan menyela di antara selaput akson massa putih tanpa merusaknya. Pada keadaan ini absorbsi darah akan diikutioleh pulihnya fungsi-fungsi neurologi. Sedangkan pada perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peninggian tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum.Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons.Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan mengakibatkan peninggian tekanan intrakranial dan mengakibatkan menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak.Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi. Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan 71 % pada perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal

3. MANIFESTASI KLINIK

       Stroke hemoragik (istonik), gejala utamanya adalah timbulnya defisit neurologis secara mendadak/subakut, didahului gejala prodromal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tak menurun kecuali bila embolus cukup besar. Biasanya terjadi pada usia > 50 tahun.
        Menurut WHO, dalam International Statistical Classification Of Diseases And Related Health Problem, stroke terbagi atas :
        1.Perdarahan intraserebral (PIS)
        2.  Perdarahan subaraknoid (PSA)
Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodromal yang tidak jelas, kecuali nyeri kepala karena hipertensi. Sering sekali siang hari saat aktivitas atau emosi/marah. Sikap nyeri kepalanya snagat hebat sekali. Mual dan muntah sering terjadi pada permulaan serangan hemiparesis biasa terjadi sejak permulaan serangan. Kesadaran biasa menurun dan cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam, 23%  antara ½ sampai dengan 2 jam, dan 12% terjadi setelah 2 jam, sampai 19 hari. Pada pasien dengan PSA didapatkan gejala prodromal berupa nyeri kepala hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi. Ada gejala/tanda rangsangan meningkat. Edema popil dapat terjadi bila ada perdarahan subhialoid atau karotis interna.
Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat dan ringannya ganguan pembuluh darah dan lokasinya. Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa :
        1. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbulnya mendadak
        2. Gangguan sensiblitas pada satu atau lebih anggota badan (ganguan hemisensorik)
        3. Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, latergi, stupor atau koma)
        4.   Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan atau kesulitan memahami ucapan)
        5. Disartria (bicara pelo atau cadel)
        6. Gangguan penglihatan atau diplopia
        7.Ataksia (trunkal atau aggota badan)
        8.Vertigo, mual dan muntah atau nyeri kepala

4.  PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

        a. Scan tomografi komputer bermanfaat untuk membandingkan lesi serebrovaskular, dan lesi                    non vaskuler, misalnya hemoragi subdural, abses otak, tumor atau hemoragi intraserebral dapat dilihat pada CT scan.
         b.Angiografi digunakan untuk membedakan lesi serebrovaskuler dengan lesi non vaskuler.                     Penting untuk diketahui apakah terdapat hemoragi karena informasi ini dapat membantu dokter memutuskan dibutuhkan pemberian antikoagulan atau tidak.
          c.MRI dapat juga membantu dalam membandingkan diagnosa stroke.
          d.Pemeriksaan ultrasonografi atau doppler yang merupakan prosedur non invasif, sangat membantu dalam mendiagnosa sumbatan arteri karotis.
           e. Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) dapat membantu menentukan apakah terdapat disritmia, yang dapat menyebabkan stroke.
           f.  Peningkatan Hb & Ht terkait dengan stroke   berat

            g.      CT Scan
            h.      Untuk mengetahui lokasi perdarahan, infark dan bekuan darah di daerah sub arachnoid

5.  PENATALAKSANAAN

        Penatalaksanaan stroke yang cepat, tepat, dan cermat memegang peranan besar dalam menentukan hasil akhir pengobatan. Hal yang harus dilakukan adalah :
       1.Pertimbangan intubasi bila kesadaran stupor atau koma atau gagal napas’
       2.  Berikan oksigen 2-4 liter/ melalui kanula hidung.
Penatalaksanaan stroke yang lain adalah :
        a.Penggunaan vasodilator dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan aliran darah otak                       dengan menurunkan tekanan darah sistemik dan menurunkan aliran darah anastomosis intra                  serebral.
         b.Antikoagulasi dapat diberikan melalui intavena dan oral, namun pemberiannya harus dipantau            secara terus menerus untuk mencegah overdosis obat sehingga mengakibatkan meningkatnya              resiko perdarahan intra serebral.
         c.Jika klien mengalami sakit kepala dan nyeri pada leher biasanya diberikan obat analgesic                     ringan, sejenis codein dan acetaminophen. Sering dihindari pemberian obat narkotik yang                     kuat, karena dapat menenangkan klien dan menyebabkan pengkajian tidak akurat.
          d.Jika klien mengalami kejang, berikan obat fenitoin (dilantin) atau phenobarbaital. Hindari                     pemberian obat jenis barbiturate dan sedative lainnya. Jika klien demam berikan obat                          antipiretik.

6. KOMPLIKASI

     a. Hipoksia serebral
         Fungsi otak tergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirim ke jaringan. Pemberian oksigen          suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada tingkat dapat diterima akan            membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
      b .Aliran darah serebral
          Bergantung pada tekanan darah, curah jantung dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi           adekuat (cairan intravena) harus menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran          darah serebral, hipertensi atau hipotensi eksterm perlu dihindari untuk mencegah perubahan                 pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera





0 comments:

Post a Comment

resep donat empuk ala dunkin donut resep kue cubit coklat enak dan sederhana resep donat kentang empuk lembut dan enak resep es krim goreng coklat kriuk mudah dan sederhana resep es krim coklat lembut resep bolu karamel panggang sarang semut